Dermatitis Atopik, Kenali Lebih Jauh Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya 

Oleh Tim RS Pondok Indah

Kamis, 10 Juli 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Dermatitis atopik ditandai dengan gatal yang hilang timbul atau kambuhan. Kondisi ini butuh penanganan yang tepat agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Dermatitis Atopik, Kenali Lebih Jauh Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya 

Dermatitis atopik bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun, kondisi ini biasanya muncul pertama kali pada bayi dan anak-anak, yang menetap hingga dewasa. Diperkirakan sekitar 22% anak-anak dan 17% orang dewasa mengalami dermatitis atopik. 


Kondisi ini tidak boleh disepelekan karena dapat merusak jaringan kulit dan mengganggu aktivitas harian hingga menurunkan kualitas hidup penderitanya. Untuk itu, pastikan Anda mengetahui pengobatan dermatitis atopik yang tepat dengan membaca artikel berikut ini! 


Apa Itu Dermatitis Atopik?

Dermatitis atopik, atau sering juga dikenal sebagai eksim, adalah peradangan kulit kronis yang umumnya ditandai dengan gatal dan kulit kering. Gangguan kulit ini bersifat kambuhan, tetapi bukanlah penyakit kulit menular. Dermatitis atopik kebanyakan berkaitan dengan riwayat alergi, misalnya alergi makanan. 


Kondisi ini berbeda dengan gatal akibat gigitan serangga, kulit kering, atau alergi ringan. Gatal biasa umumnya bersifat sementara, sedangkan penderita dermatitis atopik bisa mengalami gatal terus-menerus serta kulit sangat kering dan sensitif, terutama pada lipatan siku, belakang lutut, leher, dan wajah. Oleh karena itu, dermatitis atopik tidak bisa disepelekan, karena bisa membuat pasien merasa tidak nyaman. 


Baca juga: Alergi ke Dokter Apa?



Gejala Dermatitis Atopik 

Gejala dermatitis atopik cukup beragam, tetapi yang paling khas adalah munculnya rasa gatal yang parah. Selain itu, ada beberapa gejala dermatitis atopik yang umum dikeluhkan, seperti:


  • Gatal-gatal hebat, terutama di malam hari 
  • Kulit tampak kemerahan, keunguan, atau kecoklatan 
  • Kulit kering dan pecah-pecah
  • Bengkak
  • Muncul benjolan kecil yang mengeluarkan cairan


Gejala dermatitis atopik bisa muncul di wajah, tangan, leher, dan berbagai lipatan tubuh. Pada bayi atau anak dibawah usia 2 tahun, ruam umumnya ditemukan pada pipi, dahi, serta dagu.  


Baca juga: Psoriasis Kulit Kepala, Kenali Gejala dan Pengobatannya


Penyebab Dermatitis Atopik 

Penyebab dermatitis atopik adalah skin barrier yang lemah sehingga kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Kondisi ini memudahkan zat asing masuk ke dalam kulit dan memicu respons sistem imun yang berakhir dengan peradangan kronis pada kulit. Namun, pada beberapa kasus, dermatitis atopik juga disebabkan oleh peningkatan jumlah bakteri Staphylococcus aureus pada kulit yang mengganggu fungsi skin barrier


Baca juga: Vitiligo, Penyebab Bercak Putih Kulit yang Sering Disalahartikan


Faktor Risiko Dermatitis Atopik

Beberapa faktor berikut ini bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami dermatitis atopik, di antaranya:


  • Faktor genetik
  • Memiliki keluarga dengan riwayat dermatitis atopik
  • Sering terpapar asap rokok, polusi udara, dan bahan kimia keras
  • Memiliki kulit yang sangat kering
  • Menderita asma


Baca juga: Jangan Sepelekan Dermatitis Seboroik, Ketahui Gejala hingga Penanganannya!


Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda atau buah hati Anda mengalami ruam merah, kulit kering, serta gatal yang terus-menerus dan tidak membaik dengan pemberian losion pereda kulit gatal, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin RS Pondok Indah cabang terdekat. Dokter akan mendiagnosis dan menentukan penanganan yang sesuai untuk meredakan keluhan Anda. 


Waspadai juga gejala-gejala perburukan kondisi kulit, seperti:


  • Ruam mulai menyebar ke area yang lebih luas
  • Gatal hingga menyebabkan kulit pecah-pecah, bahkan mengalami luka
  • Muncul gejala infeksi, seperti pembengkakan, keluarnya nanah, demam, dan kulit yang terasa panas
  • Keluhan pada kulit hingga menyebabkan rasa tidak nyaman, mengganggu tidur, bahkan menghambat aktivitas sehari-hari


Dermatitis atopik memang tidak bisa sembuh total, tetapi kondisinya dapat dikontrol, agar tidak sering kambuh dan mengganggu aktivitas sehari-hari.


Baca juga: Jangan Lengah, Pahami 5 Bahaya Sinar UV bagi Kulit



Diagnosis Dermatitis Atopik 

Dalam mendiagnosis dermatitis atopik, dokter spesialis kulit dan kelamin akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang dimulai dengan wawancara (anamnesis), kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang untuk proses konfirmasinya.


Selama wawancara, dokter akan menanyakan keluhan yang dirasakan dengan lebih detil. Selain itu, dokter juga akan menanyakan informasi seputar ada tidaknya riwayat alergi atau keluarga dengan dermatitis dan faktor pencetus, seperti sabun berbahan keras, kosmetik, parfum, atau asap rokok. 


Kemudian, diagnosis dilanjutkan dengan memeriksa area kulit yang terdampak dermatitis atopik. Apabila diperlukan, pemeriksaan akan dilanjutkan dengan tes penunjang, seperti tes alergi, tes darah, atau biopsi kulit. 


Baca juga: Cari Jadwal Dokter Kulit & Kelamin Jakarta dan Tangerang


Pengobatan Dermatitis Atopik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dermatitis atopik tidak bisa sembuh total. Namun, dengan pengobatan dan perawatan kulit yang baik, kondisi ini bisa dikontrol agar tidak sering kambuh.


Tujuan pengobatan dermatitis atopik adalah membuat kulit senantiasa lembap, mengendalikan peradangan pada kulit, mengurangi rasa gatal, serta memperbaiki fungsi skin barrier


Berikut ini adalah pengobatan dermatitis atopik yang umum diberikan oleh dokter:


  • Peresepan pelembap dengan kandungan emolien
  • Krim penghilang gatal
  • Obat anti radang
  • Obat antihistamin, untuk mengurangi rasa gatal
  • Antibiotik, untuk mengobati kulit yang terinfeksi
  • Terapi sinar UV 


Baca juga: Mengenal Psoriasis, Si Penyebab Gatal dan Pengganggu Penampilan


Komplikasi Dermatitis Atopik

Tanpa penanganan yang tepat, dermatitis atopik bisa menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti: 


  • Infeksi kulit
  • Gatal kronis
  • Gangguan tidur
  • Gangguan kesehatan mental, misalnya gangguan kecemasan


Baca juga: Dermatitis Kontak, Penyebab Kulit Gatal Setelah Terpapar dengan Suatu Pemicu


Pencegahan Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah gangguan kulit yang tidak bisa dicegah sepenuhnya. Namun, ada beberapa cara yang bisa Anda terapkan untuk mengurangi kekambuhannya, yaitu:


  • Menggunakan moisturizer setidaknya dua kali sehari, terutama setelah mandi, agar kulit senantiasa lembap
  • Tidak mandi dengan air hangat, bahkan air panas 
  • Membatasi waktu mandi, tidak lebih dari 10 menit
  • Menggunakan sabun berbahan lembut, baik untuk mandi, mencuci pakaian atau cuci piring, maupun mencuci tangan
  • Menghindari alergen atau faktor pencetus dermatitis atopik, contohnya debu, bulu hewan, atau kain berbahan kasar
  • Hindari menggaruk kulit meski terasa gatal
  • Mengelola stres
  • Memotong kuku secara rutin agar tidak melukai kulit saat gatal muncul 
  • Memasang humidifier di dalam ruangan agar kelembapannya selalu terjaga
  • Menghindari makanan pemicu alergi, jika memiliki alergi makanan


Selain itu, Anda juga disarankan untuk melakukan kontrol rutin ke dokter untuk memastikan pengobatan dermatitis atopik yang dijalani telah optimal. Jadi, jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis kulit & kelamin RS Pondok Indah cabang terdekat demi pengobatan terbaik untuk Anda maupun orang terkasih yang menderita dermatitis atopik. 


Sebab, dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Pondok Indah yang berpengalaman akan memberikan pemeriksaan serta penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda secara holistik. Jadi, tidak usah ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Pondok Indah cabang terdekat terkait dengan kondisi kulit yang Anda alami, termasuk apabila Anda terkena dermatitis atopik.


Baca juga: Seputar Kanker Kulit, Gejala hingga Pencegahannya



FAQ


Dermatitis Atopik Terjadi Karena Apa?

Dermatitis atopik terjadi karena skin barrier yang lemah sehingga kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:


  • Faktor genetik dan riwayat keluarga
  • Alergi
  • Faktor lingkungan, seperti polusi maupun suhu ekstrim
  • Stres berlebih
  • Iritasi


Dermatitis Atopik Bisa Terjadi di Mana Saja?

Dermatitis atopik bisa terjadi di berbagai area tubuh, terutama di area yang rentan teriritasi atau terpapar alergen. Kondisi ini bisa terjadi di wajah, leher, siku, lutut, pergelangan tangan, dan lipatan paha. Pada bayi, area pipi, kulit kepala, dan kelopak mata merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena dermatitis atopik.


Apakah Eksim Menular?

Eksim bukanlah kondisi kulit yang menular. Kondisi peradangan kronis ini diakibatkan oleh faktor genetik dan lingkungan, bukan infeksi. Jadi, Anda tidak akan tertular eksim meski melakukan kontak langsung atau berbagi barang dengan penderita eksim.


Meskipun demikian, kulit yang meradang akibat eksim biasanya lebih rentan terhadap infeksi bakteri atau jamur. Kondisi inilah yang berpotensi menular jika tidak ditangani dengan baik.


Apa yang Harus Dilakukan Jika Terkena Dermatitis Atopik?

Jika terkena dermatitis atopik, Anda harus menghindari faktor pemicunya dan segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin. Kemudian, pastikan Anda menjaga kebersihan dan kelembaban kulit dengan baik untuk mencegah infeksi. Jangan menggaruk kulit meski terasa gatal dan gunakan pakaian yang lembut serta menyerap keringat.




Referensi:

  1. Soares GB, Hashimoto T, et al,. Atopic Dermatitis Itch: Scratching for an Explanation. Journal of Investigative Dermatology. 2024. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022202X24000915). Diakses pada 1 Juli 2025. 
  2. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Atopic Dermatitis. (https://www.niams.nih.gov/health-topics/atopic-dermatitis). Direvisi terakhir November 2022. Diakses pada 1 Juli 2025.  
  3. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Atopic Dermatitis: Diagnosis, Treatment, and Steps to Take. (https://www.niams.nih.gov/health-topics/atopic-dermatitis/diagnosis-treatment-and-steps-to-take). Direvisi terakhir November 2022. Diakses pada 1 Juli 2025.  
  4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin Indonesia. Panduan Diagnosis dan Tata Laksana Dermatitis Atopik pada Anak dan Dewasa di Indonesia. (https://perdoski.id/uploads/original/2025/02/perdoski-1738633831.pdf). Direvisi terakhir 2024. Diakses pada 1 Juli 2025. 
  5. Cleveland Clinic. Baby Eczema. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23408-baby-eczema). Direvisi terakhir 19 Juni 2025. Diakses pada 1 Juli 2025. 
  6. Cleveland Clinic. Atopic Dermatitis. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24299-atopic-dermatitis#diagnosis-and-tests). Direvisi terakhir 4 Maret 2025. Diakses pada 1 Juli 2025. 
  7. Mayo Clinic. Atopic dermatitis (eczema). (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/atopic-dermatitis-eczema/symptoms-causes/syc-20353273). Direvisi terakhir 15 Mei 2024. Diakses pada 1 Juli 2025.