Hipospadia, Kelainan Bawaan pada Lubang Kencing Bayi Laki-Laki

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 22 Agustus 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Hipospadia adalah kelainan bawaan lahir pada bayi laki-laki di mana lubang saluran kemih tidak terletak di ujung penis. Simak penjelasannya pada artikel berikut!

Hipospadia, Kelainan Bawaan pada Lubang Kencing Bayi Laki-Laki

Hipospadia dapat berdampak pada tumbuh kembang anak laki-laki di kemudian hari. Namun, kondisi ini dapat ditangani dengan tindakan khusus berupa operasi rekonstruksi, yang bertujuan memperbaiki posisi lubang saluran kencing sekaligus memastikan fungsi organ intim tetap normal.


Apa Itu Hipospadia?

Hipospadia adalah kelainan bawaan sejak lahir pada anak laki-laki, di mana lubang kencing (uretra) tidak berada pada posisi normal di ujung penis, melainkan terletak di bagian bawah maupun di sekitar alat kelamin.


Letak lubang uretra ini dapat bervariasi, mulai dari dekat ujung penis, di sepanjang batang penis, hingga di area pangkal penis. Tingkat keparahan hipospadia pada bayi berbeda-beda, sehingga penanganan nantinya akan disesuaikan dengan kondisi pasien.


Baca juga: Apakah Hipospadia Bisa Sembuh? Ini Penjelasannya



Jenis Hipospadia

Jenis hipospadia ditentukan berdasarkan letak lubang saluran kencing (uretra). Beberapa tipe hipospadia yang dapat terjadi pada anak laki-laki antara lain


  • Glanular (balanik): Lubang uretra berada di kepala penis tetapi tidak tepat di ujungnya, yang merupakan bentuk hipospadia paling ringan
  • Coronal: Lubang uretra terletak sedikit di bawah kepala penis atau pada pertemuan antara kepala dan batang penis, yang merupakan jenis tersering
  • Midshaft: Lubang uretra berada di bagian tengah batang penis
  • Penoskrotal: Lubang uretra terletak di area pertemuan penis dan skrotum
  • Skrotal atau perineal: Lubang uretra berada di skrotum, bahkan di bawahnya, yang merupakan bentuk hipospadia paling berat


Baca juga: Apa Itu Mikropenis, Penyebab dan Tanda-tandanya


Gejala Hipospadia

Pada sebagian besar kasus, hipospadia dapat dikenali sejak bayi lahir. Kondisi ini ditandai dengan posisi lubang kencing yang tidak berada di ujung penis, dan sering kali disertai perubahan bentuk maupun cara buang air kecil anak.


Berikut ini adalah beberapa gejala hipospadia yang mungkin ditemukan oleh orang tua:


  • Lubang kencing berada di bagian bawah penis (bukan di ujung)
  • Bentuk penis tampak melengkung ke bawah
  • Kulup penis hanya menutupi bagian atas sehingga terlihat seperti berlebih di atas, tetapi kurang di bawah
  • Aliran urine tidak lurus, bisa menyebar ke samping atau ke bawah
  • Pada beberapa kasus, disertai testis yang tidak turun ke skrotum


Baca Juga: Kelainan Perkembangan Alat Kelamin Si Kecil


Penyebab Hipospadia

Penyebab kelainan hipospadia belum diketahui dengan pasti. Yang jelas, kondisi ini terjadi sejak bayi masih dalam kandungan, karena perkembangan uretra dan penis tidak berlangsung sempurna. Proses tersebut membuat lubang saluran kencing tidak terbentuk pada posisi normal, di ujung penis.


Faktor Risiko Hipospadia

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan bayi laki-laki lahir dengan hipospadia, antara lain:


  • Riwayat keluarga dengan hipospadia
  • Usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun
  • Paparan obat-obatan atau zat kimia tertentu selama kehamilan
  • Kelahiran prematur


Kapan Harus ke Dokter?

Orang tua sebaiknya segera membawa anak ke dokter spesialis bedah anak di RS Pondok Indah terdekat bila sejak lahir terlihat posisi lubang kencing tidak berada di ujung penis. Pemeriksaan juga penting dilakukan bila penis tampak melengkung, aliran urine tidak lurus, atau ada kelainan pada kulup dan testis.


Semakin cepat hipospadia terdeteksi, semakin baik pula perencanaan tindakan yang dapat dilakukan dokter untuk memperbaiki kondisi ini.


Baca juga: Pengobatan Mikropenis pada Bayi Laki-laki



Diagnosis Hipospadia

Hipospadia biasanya dapat dikenali segera setelah bayi lahir melalui pemeriksaan fisik oleh dokter spesialis bedah anak. Letak lubang kencing yang tidak berada di ujung penis umumnya cukup jelas terlihat tanpa perlu pemeriksaan tambahan.


Pada beberapa kasus, dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk menilai adanya kelainan pada organ kelamin atau saluran kemih, serta menentukan rencana penanganan yang paling tepat.


Baca juga: Khitan Anak: Manfaat, Metode, dan Hal yang perlu Diperhatikan


Pengobatan Hipospadia

Hipospadia pada bayi tidak dapat membaik dengan sendirinya, sehingga memerlukan tindakan medis khusus. Kondisi ini dapat ditangani secara efektif melalui operasi bedah rekonstruksi.


Operasi hipospadia bertujuan untuk:


  • Meluruskan penis bila ada kelengkungan
  • Membuat saluran kencing baru sehingga lubang uretra berada di ujung penis
  • Mereposisi kulit penis untuk membuat tampilan penis senormal mungkin


Sebagian besar kasus dapat ditangani dengan satu kali operasi, meski pada kondisi yang lebih berat bisa memerlukan tindakan pembedahan secara bertahap.


Setelah operasi perbaikan hipospadia, dokter mungkin memasang kateter sementara untuk membantu aliran urine hingga benar-benar pulih. Anak juga perlu kontrol rutin, termasuk saat toilet training dan masa pubertas, untuk memastikan fungsi serta pertumbuhan organ reproduksi berjalan optimal.


Baca juga: Hidrokel Pada Bayi, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua


Komplikasi Hipospadia

Jika tidak ditangani, anak dengan hipospadia dapat mengalami berbagai masalah, seperti:


  • Kesulitan buang air kecil karena arah aliran urine tidak normal
  • Kelengkungan penis yang dapat mengganggu fungsi seksual di kemudian hari
  • Gangguan kesuburan bila posisi lubang kencing jauh dari ujung penis
  • Masalah penampilan dan psikologis terkait bentuk alat kelamin


Pencegahan Hipospadia

Hingga saat ini, belum ada cara pasti untuk mencegah hipospadia pada bayi. Namun, ibu hamil dianjurkan menjalani gaya hidup sehat, menghindari paparan rokok, alkohol, dan obat-obatan tertentu tanpa anjuran dokter. Pemeriksaan kehamilan secara rutin juga penting untuk memantau kesehatan janin sejak dini.


Orang tua tidak perlu khawatir, karena hipospadia bisa ditangani secara efektif, sehingga anak tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Jika si Kecil mengalami gejala hipospadia, segera konsultasikan ke dokter spesialis bedah anak di RS Pondok Indah terdekat. Di RS Pondok Indah, dokter spesialis bedah anak yang berpengalaman akan memberikan perawatan terbaik agar hasil penanganan optimal, baik dari fungsi maupun penampilan organ reproduksi.


Baca juga: Cari Dokter Spesialis Bedah Anak Jakarta dan Tangerang



FAQ


Bagaimana Bentuk Kelamin Penderita Hipospadia?

Pada penderita hipospadia, bentuk kelamin bisa terlihat tidak normal. Gejala utama hipospadia adalah lubang kencing (uretra) yang tidak terletak pada ujung penis. Selain itu, tergantung keparahan kondisi, penis juga mungkin terlihat melengkung ke bawah dan kulit di sekitar uretra bisa tampak menonjol atau tidak simetris. Pada beberapa kasus, testis penderita hipospadia juga bisa saja tidak turun ke skrotum.


Bagaimana Cara Mengetahui Bayi Mengalami Hipospadia?

Hipospadia pada bayi biasanya bisa langsung diketahui melalui pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter segera setelah bayi lahir. Tanda utamanya adalah posisi uretra yang tidak berada di ujung kepala penis. Selain itu, mungkin terlihat penis agak bengkok atau kulit di ujungnya berbeda dari biasanya.


Apa Efek Samping Hipospadia?

Hipospadia dapat menyebabkan berbagai efek samping bila tidak ditangani, seperti kesulitan buang air kecil, infeksi saluran kemih berulang, dan gangguan ereksi saat dewasa. Selain itu, kondisi ini juga berisiko mempengaruhi fungsi reproduksi dan meningkatkan kemungkinan disfungsi seksual di kemudian hari.


Bisakah Bayi yang Lahir dengan Hipospadia Hidup Normal?

Bayi dengan hipospadia bisa hidup normal. Kondisi ini tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari secara umum, terutama bila kondisi ini ditangani dengan cepat dan tepat. Setelah operasi koreksi, kemampuan buang air kecil dan reproduksi anak pun dapat berkembang dengan baik di masa depan.


Bagaimana Proses Penyembuhan untuk Perbaikan Hipospadia?

Proses penyembuhan umumnya dilakukan melalui operasi, biasanya saat bayi berusia 6-18 bulan. Operasi ini memperbaiki posisi uretra dan memperbaiki bentuk penis, jika diperlukan. Setelah operasi, bayi mungkin perlu memakai kateter sementara dan menjalani perawatan luka. Proses pemulihan pasca operasi biasanya berlangsung selama beberapa minggu.




Referensi:

  1. Gozar, H., Bara, Z., et al. Current perspectives in hypospadias research: A scoping review of articles published in 2021. Experimental and Therapeutic Medicine. 2023. (https://www.spandidos-publications.com/10.3892/etm.2023.11910). Diakses pada 17 Agustus 2025.
  2. Palacios-Rodríguez, P. M., Romero, J. J. G., et al. Hypospadias: a review. International Journal of Research in Medical Sciences. 2023. (https://www.msjonline.org/index.php/ijrms/article/view/12567). Diakses pada 17 Agustus 2025.
  3. Medlineplus. Hypospadias. (https://medlineplus.gov/ency/article/001286.htm). Direvisi terakhir 31 Maret 2024. Diakses pada 17 Agustus 2025.
  4. Cleveland Clinic. Hypospadias. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15060-hypospadias#symptoms-and-causes). Direvisi terakhir 25 Maret 2024. Diakses pada 17 Agustus 2025.
  5. Mayo Clinic. Hypospadias. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypospadias/symptoms-causes/syc-20355148). Direvisi terakhir 12 September 2024. Diakses pada 17 Agustus 2025.